Menasehati Itu Di Kala Sepi

.
Maksudnya adalah jangan menasehati di depan orang banyak atau bisa dilihat oleh banyak orang. Nasehati empat mata lebih baik. Jika melalui sosial media, sebaiknya jangan di kolom komentar tetapi inbox atau melalui private message.
.
Meskipun niatnya baik, tetapi menasehati didepan umum hakikatnya adalah penghinaan kepada yang dinasehati.
.
Imam Asy-Syafi’i berkata,

Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri,
Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian
.
Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu
Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya
.
Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku
Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti[1]
.
Hendaknya kita perhatikan adab dalam nasehat-menasehati:
.
[1] Ikhlas dalam manasehati
.
[2]Jika ada yang meminta nasehat kepada kita maka sunnahnya kita memberika nasehat karena itu adalah hak saudara muslim[2]
.
[3] Tujuan kita menasehati adalah menginginkan kebaikan pada saudaranya jangan malah membuat lari menjauh[3]
.
[4] Perhatikan kedudukan kita apakah layak memberikan nasehat
.
[5] Perhatikan juga cara kita menasehati, hukum asalnya adalah lemah lembut
.
Bisa jadi sebenarnya yang dinasehati menerima nasehat tersebut, tetap ia “gengsi” menerima kebenaran dari kita karena cara kita yang tidak benar ketika menyampaikan
.
[6] Rahasiakan nasehat kita
.
artikel : muslimafiyah

◾ *11 ADAB BAGI PENUNTUT ILMU* ◾

.

.
(01). Pergi dan duduknya seorang penuntut ilmu ke majelis ilmu wajib ikhlas hanya karena Allah, tanpa adanya riya’ dan tujuan lainnya.
.
(02). Berdo’a kepada Allah sebelum dimulainya majelis ilmu agar ilmunya diberkahi, yaitu ditambahkan ilmunya, diberi pemahaman dan dimudahkan dalam mengamalkannya.
.
(03). Bersegera datang ke majelis ilmu dan tidak terlambat, datangnya terlebih dahulu sebelum ustadznya.
.
(04). Jika majelis ilmu ada di masjid, maka sebelum duduk hendaknya mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid.
.
(05). Jika bercampur antara jamaah wanita dan pria, maka hendaknya diberi pembatas atau hijab di antara mereka untuk menghindari fitnah, atau mengadakan majelis ilmu di tempat tertentu khusus untuk para wanita.
.
(06). Tidak menyuruh orang lain berdiri, pindah atau menggeser dari tempat duduknya.
.
(07). Tidak meletakkan tangan kiri ke arah belakang, karena itu adalah perilaku kaum yang dimurkai (HR. Abu Dawud no. 4848).
.
(08). Hendaknya mendekat kepada ustadz saat dia akan memulai kajian.
.
(09). Mencatat ilmu agar tidak mudah hilang.
.
(10). Tenang, tidak berbicara, tidak bersenda gurau ataupun berbantah-bantahan yang sia-sia, tidak sibuk sendiri dengan banyak bergerak, menolah-noleh ke belakang atau ke kiri dan kanan, hendaknya mata tertuju fokus kepada ustadz dalam majelis ilmu.
.
“Barangsiapa tidak memuliakan ilmu, maka ilmu pun tidak akan menjadikannya mulia”
.
Jika seorang murid berakhlak buruk kepada ustadznya maka menimbulkan dampak yang buruk, seperti hilangnya berkah dari ilmu yang di dapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya.
.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik-baik kalian Islamnya adalah yang paling baik akhlaknya jika mereka menuntut ilmu” (HR. Ahmad no. 10329, Shahiihul Jaami’ no. 3312, hadits dari Abu Hurairah).
.
Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seakan-akan ada burung di atas kepala kami, tidak ada seorang pun dari kami yang berbicara…” (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban, lihat Shahiihut Targhib no. 2652).
.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata : “Aku membalik lembaran halaman di hadapan Malik dengan pelan, karena segan kepadanya agar ia tidak mendengar suaranya”.
.
Ar-Rabi’ bin Sulaiman rahimahullah berkata : “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.
.
Janganlah datang sekedar bermain HP dan banyak menguap, duduk bersandar, tidur, memotret, menjulurkan kaki, memberikan komentar saat ustadz sedang menjelaskan, sambil makan, minum, mengecap permen, ingin bertemu ustadznya saja atau tujuannya hanya untuk berdagang dll.
.
Jangan mengangkat suara saat firman Allah Ta’ala dan hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dibacakan, sehingga berakibat tidak mendapatkan rahmat dan terhapusnya amalan (Baca QS. 7 : 204 dan QS. 49 : 2).
.
Ahmad bin Sinan rahimahullah berkata :
.
“Tidak ada yang berbicara di majelisnya ‘Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada pensil yang diraut, tidak ada seorangpun yang tersenyum, dan tidak ada seorangpun yang berdiri, seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat. Jika ia melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka dia memakai sandalnya lalu keluar” (lihat Siyar A’laamin Nubalaa’ IX/201-202).
.
(11). Bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membaca do’a penutup majelis ketika kajian selesai.
.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
.
“Kaum mana saja yang duduk lama di suatu majelis kemudian mereka berpisah sebelum berdzikir kepada Allah dan sebelum bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan hal itu akan menjadi kerugian bagi mereka dari Allah. Apabila Allah menghendaki, Dia akan mengadzab mereka dan apabila Dia menghendaki, Dia akan mengampuni mereka” (HR. Al-Hakim 1/674, hadits dari Abu Hurairah, Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no 2738).
.
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
.
===============================
.
🌐 https://t.me/abathaid
📺 https://bit.ly/2NlYBoX
🖥 https://instagram.com/abatha.id/
💻 https://www.facebook.com/abatha.id
join group whatsapp :
📱 081299094242 ikhwan
📱 081299094343 akhwat

|| Sebelum Memutuskan Menunggu Seseorang ||

..
Jika suatu hari kamu dihadapkan dengan pilihan menunggu orang yang kamu cintai, yang kamu harap dia akan jadi pendamping hidupmu, yang separuh hatimu sudah dimiliki dia, maka sebelum memutuskannya tanyakan pada hatimu 3 hal ini.
..
1. Apakah dia pantas untuk ditunggu?
2. Apakah kamu dan dia bisa saling menjaga hati dan menjaga diri dari maksiat?
3. Apa yang akan kamu lakukan jika kemudian dia pergi dan memilih seseorang yang lain?
..
Jika kamu sudah mendapatkan jawaban dari 3 hal itu dan siap menghadapi kemungkinan terburuknya. Maka tunggulah dia.
..
Tapi jika kamu tak siap menerima realita bahwa rencanaNya tak seperti rencanamu, membuat hidupmu hancur dan sedih meratap, tak usah lah berjanji saling menunggu!!
..

*➡ TIKET PERJALANAN MANUSIA ⬅*

🚸🛣=🎑/🔥

*(IDENTITAS PENUMPANG)*

*_Nama_* : *Anass/Manusia*
*_Tempat Asal_* : *Tanah*
*_Alamat_* : *Planet Bumi*

*(KETERANGAN PERJALANAN)*

*_Terminal Keberangkatan_* : *Dunia*
*_Transit_* : *Alam Kubur*
*_Terminal Kedatangan_* : *Padang Mahsyar*
*_Tujuan Akhir_* : *Syurga/Neraka*
*_Jam Keberangkatan_* : *Shurprise/Menunggu ijra’il Menjemput*
*_Check In_* : *Akan Dilakukan Oleh Malaikat Maut*

*(BARANG BAWAAN YANG DIIJINKAN)*

1. *_Kain Kafan_*
2. *_Iman_*
3. *_Amal Sholih_*

*(BARANG BAWAAN YANG TIDAK DIIJINKAN)*

1. *_Istri/Suami Berikut Anak”_*
2. *_Harta Benda_*
3. *_Jabatan_*

*(BARANG YANG BOLEH DATANG MENYUSUL)*

1. *_Shodaqoh/Jariyyah_*
2. *_Ilmu Yang Bermanfaat_*
3. *_Do’a Anak Sholeh_*

*(PERHATIAN‼)*
*Kami Sarankan Kepada Para Penumpang* ↩
*_1._* *Sebelum keberangkatan diharapkan untuk selalu membaca, mempelajari, dan mengamalkan buku petunjuk kehidupan yang sudah tercantum dalam al-Quran’nul Qarim.*
*_2._* *Sebelum keberangkatan diharapkan untuk selalu mengamalkan standard operatting procedure (SOP) seperti yang ditunjukan oleh rosullullah SAW.*
*_3._* *Kami sarankan untuk selalu waspada dan Hati-hati dengan calo syaithan yang selalu menawarkan tiket ke neraka jahanam*.

*(✍🏽CATATAN PENTING)*
Kpd Para Penumpang, Sebelum Keberangkatan, Kami Ingatkan untuk selalu Memeriksa kembali barang bawaan yang akan anda titipkan : Tolong cek dulu Istri/Suaminya jangan sampai mereka tidak pernah di arahkan ke jalan allah dan rasulnya, cek dulu anak_anaknya jangan sampai mereka tidak pernah di ajarkan pendidikan_pendidikan agama, cek dulu harta’nya jangan sampai ada yang belum pernah di zakatkan, cek dulu jabatannya jangan sampai di jadikan fasilitas untuk menindas rakyat_rakyat yg lemah, dan tentunya kami anjurkan bagi para penumpang untuk selalu berdo’a terlebih dahulu supaya selamat sampai tujuan.

# *DO’A YANG KAMI ANJURKAN* #

*🤲🏻Ya Allah Ya Robi*.. $elamatkanlah kami semuanya,ibu&bapak,suami/istri,anak_anak,saudara,dan sahabat_sahabat kami dalam perjalanan panjang ini, tunjukan kpd kami petunjuk yg benar saat tiba di terminal keberangkatan kami (dunia ini),dan istirahatkanlah kami saat tiba di stasiun alam kubur, berikanlah kami kemudahan saat sampai di terminal akhir padang mahsyar nanti, sampaikanlah kami ke tujuan kami (syurga), dan berilah pahala yang besar kepada orang yang membagikan/men_share pesan ini *_AMIN_*

*_Kami Berharap Anda Untuk Bisa Menta’ati Semua Peraturan_Peraturan Agama Yg Terus Berlaku,Agar Anda Tidak Tersesat Dan Bisa Selamat Sampai Tujuan,Atas Perhatiannya Kami Ucapkan Salam & Terimakasih._*
====================================

*Sobat, sekarang anda mempunyai 2 pilihan :*
*1*.Membiarkan sedikit pengetahuan ini hanya sampai di baca sendiri.
*2*.Membagikan sedikit pengetahuan ini kepada semua teman_teman di GROUP Watsapp’mu,Insya allah akan menjadi pahala bagimu.🙏🙏🙏

1. Petunjuk di dunia dan keamanan di akherat.

Dalil dari Al Quran
]الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ[(الأنعام:82)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur keimanan mereka dengan kedholiman (kesyirikan) mereka mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Dalil dari As Sunnah
[حق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئاً] متفق عليه
Hak hamba terhadap Allah Subhanahu wata’ala bahwa Dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun.

2.Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan meminta untuk mengabarkan sesuatu, kemudian ia membenarkan perkataannya maka tidak diterima shalatnya 40 hari”[1]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu beliau berkata, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan perkataannya, maka ia telah kufur dengan Al Qur’an yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam”[2]

Syaikh Muhammad Al Yamani Al Wushobiy mendefinisikan tukang ramal (‘arraaf), yaitu seseorang yang memberitahukan letak barang yang hilang atau dicuri dan selainnya yang tersembunyi keberadaannya bagi manusia. Maka sebagian manusia mendatangi tukang ramal tersebut dan ia memberitahukan tentang sihir, barang yang hilang, barang yang dicuri, maupun identitas pencuri atau penyihir, atau informasi sejenis yang tidak diketahui. Berbeda dengan dukun (kaahin, populer dengan sebutan “paranormal” dalam bahasa Indonesia -pen) yaitu seseorang yang memberitahukan kepada manusia perkara ghaib, yang belum pernah terjadi, seperti Mahdi Amin[3], kalangan dukun dan sejenisnya, begitu pula orang yang memberitahukan perkara batin dalam diri manusia (biasanya dengan memberitahukan sifat-sifat rahasia, karakter, atau watak orang tersebut yang hanya diketahui dirinya pribadi –pen).[4]

Sedangkan zodiak ialah diagram yang digunakan oleh ahli astrologi untuk menggambarkan posisi planet dan bintang. Diagram tersebut dibagi menjadi 12 bagian, masing-masingnya memiliki nama dan simbol. Zodiak digunakan untuk memperkirakan pengaruh kedudukan planet terhadap nasib atau kehidupan seseorang.”[5]

Inilah beberapa pembahasan yang diambil dari berbagai penjelasan para ulama, yang insya Allah akan kami ketengahkan ke hadapan pembaca. Semoga Allah mudahkan.

Hukum Mendatangi Tukang Ramal

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala berkata, “Zhahir hadits (yang kami sebutkan di atas –pen) ialah barangsiapa yang bertanya kepada tukang ramal, maka shalatnya tidak akan diterima 40 hari, akan tetapi hukum ini tidaklah berlaku mutlak. Adapun hukum bertanya kepada tukang ramal dan sejenisnya terbagi menjadi beberapa jenis:

Jenis Pertama: hanya sekedar bertanya saja, maka ini adalah haram berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal,… dst. (yang telah disebutkan di atas –pen). Maka ditetapkannya hukuman bagi orang yang bertanya kepada tukang ramal menunjukkan keharamannya, karena tidaklah hukuman atas suatu perbuatan itu disebutkan kecuali menunjukkan atas keharamannya.

Jenis Kedua: bertanya kepada tukang ramal kemudian membenarkan dan mempercayai perkataannya, maka hal ini adalah bentuk kekufuran, karena membenarkan perkara ghaib berarti mendustakan Al Qur’an di mana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara ghaib, kecuali Allah” (QS. An Naml : 65).

Jenis Ketiga: bertanya kepada tukang ramal dengan maksud untuk mengujinya, apakah ia jujur atau pendusta, bukan dengan maksud untuk mengambil perkataannya. Maka hal ini tidaklah mengapa, dan tidak termasuk dalam hadits di atas. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam pernah bertanya kepada Ibnu Shayyad[6], “Apa yang aku sembunyikan darimu?” Ibnu Shayyad menjawab, “Asap”, maka Nabi menjawab, “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui apa yang telah Allah takdirkan padamu.”[7]

Jenis Keempat: bertanya dengan maksud untuk menampakkan kelemahan dan kedustaan tukang ramal tersebut, kemudian mengujinya dalam rangka menjelaskan kedustaan dan kelemahannya. Maka hal ini dianjurkan, bahkan hukumnya terkadang menjadi wajib. Karena menjelaskan batilnya perkataan dukun tidak diragukan lagi merupakan suatu hal yang dianjurkan, bahkan bisa menjadi wajib.

Maka larangan bertanya kepada tukang ramal tidaklah berlaku mutlak, akan tetapi dirinci sesuai dalil-dalil syar’i yang telah disebutkan.”[8]

Bagaimana Cara Tukang Ramal Mengetahui Hal-Hal Ghaib?

Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhahullahu ta’ala menjelaskan, “Dukun tidaklah mengetahui perkara ghaib kecuali menggunakan jin, yaitu dengan cara beribadah kepada jin tersebut dengan ibadah yang mengandung kesyirikan. Kemudian jin menggunakan kesempatan untuk memalingkan manusia dari ibadah kepada Allah, dan hal tersebut dilakukan agar jin mau mengabarkan hal-hal ghaib.

Adapun jin dapat mengetahui perkara ghaib, yang terkadang benar, dengan cara mencuri rahasia langit. Yaitu jin saling menumpuk satu sama lain hingga mendengar wahyu Allah Jalla wa ‘Ala, dari langit. Maka dilemparilah jin dengan panah api sebelum jin tersebut memperoleh rahasia langit dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi terkadang panah api tersebut dilemparkan setelah jin memperoleh rahasia langit. Maka jin kemudian membawa rahasia tersebut kepada dukun, akan tetapi diubah dengan kedustaan, atau ditambah dengan 100 kedustaan. Dukun kemudian mengagungkan jin karenanya, dan pengagungan tersebut ialah bentuk ibadah manusia atas jin.

Adapun sebelum diutusnya Nabi ‘alaihish shalatu wa sallam banyak rahasia langit yang beredar, akan tetapi pasca pengutusan Nabi alahish shalatu wa sallam langit dijaga dengan lebih ketat, karena Al Qur’an dan wahyu telah turun, maka rahasia langit dijaga agar tidak ada yang menyerupai wahyu dan nubuwwah. Hingga wafatnya Nabi alaihish shalatu wa sallam rahasia langit kembali beredar akan tetapi hanya sedikit dibandingkan sebelum diutusnya Nabi. Maka dapat disimpulkan bahwa kondisi rahasia langit terbagi menjadi tiga :

1. Sebelum pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit banyak beredar

2. Setelah pengutusan Nabi alaihish shalatu wa sallam: jin tidak mendapat rahasia langit kecuali sangat jarang terjadi, itu pun bukan merupakan wahyu dari Allah Jalla wa ‘Alla

3. Setelah wafatnya Nabi alaihish shalatu wa sallam: rahasia langit kembali beredar, akan tetapi tidak sebanyak sebelumnya, karena langit dijaga ketat dengan panah api. Allah Jalla wa ‘Ala menjelaskan hal tersebut dalam banyak ayat Al Qur’an, mengenai bintang-bintang dan panah api yang dilemparkan kepada jin, sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Kecuali syaithan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al Hijr : 18)[9]

Hanya Allah yang Mengetahui Perkara Ghaib

Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni rahimahullah membagi perkara ghaib menjadi dua jenis, yaitu:

Pertama, ghaib muthlaq, yang tidak diketahui oleh seluruh makhluq. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu” (QS. Al Jin : 26)

Kedua, ghaib muqayyad yang tidak diketahui kecuali oleh sebagian makhluk dari kalangan malaikat, jin, manusia dan yang menyaksikannya. Maka hal ini menjadi ghaib bagi sebagian makhluk, namun tidak ghaib bagi yang menyaksikannya. [10]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy rahimahullahu ta’ala menjelaskan, “Sesungguhnya hanya Allah Ta’ala saja yang mengetahui perkara ghaib, maka barangsiapa yang mengaku mengetahui perkara ghaib maka ia telah menjadi sekutu bagi Allah, baik berupa perdukunan, ramalan, dan sejenisnya. Atau barangsiapa yang membenarkan perkataan tersebut maka ia telah menjadikan sekutu bagi Allah dalam kekhususan-Nya, dan ia telah mendustakan Allah dan Rasul-Nya.[11]

Hukum Mempercayai Zodiak

Zodiak atau sering diistilahkan dengan astrologi (ilmu ta’tsir), merupakan bagian dari ilmu nujum. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullahu ta’ala kembali menjelaskan berkaitan dengan ilmu ta’tsir ini, “Ilmu ta’tsir (astrologi) terbagi menjadi tiga, yaitu:

Pertama, keyakinan bahwa bintang-bintang memiliki pengaruh atas seseorang, dalam arti bahwa bintang-bintang tersebut mampu menciptakan kejadian dan musibah. Maka hal tersebut merupakan kesyirikan akbar, karena barangsiapa yang menyerukan bahwa selain Allah ada pencipta lain, maka ia melakukan syirik akbar. Hal tersebut juga menjadikan pencipta (yaitu Allah Ta’ala) tunduk pada salah satu makhluq-Nya (yaitu bintang-bintang).

Kedua, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab bagi sesuatu yang belum terjadi, dan hal tersebut ditunjukkan melalui pergerakannya, peralihannya, atau pergantian tertentu dari bintang. Misalnya perkataan ‘Karena bintang ini bergerak seperti ini, maka itu artinya orang ini hidupnya akan sial’, atau ‘Karena orang ini lahir saat bintang berada dalam posisi ini, maka ia akan menjadi orang yang bahagia’. Maka hal semacam ini termasuk menjadikan ilmu perbintangan sebagai sarana untuk meramal perkara ghaib, dan perbuatan ini termasuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari agama. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’” (QS. An Naml : 65)

Ketiga, keyakinan bahwa bintang-bintang menjadi sebab terjadinya kebaikan atau keburukan. Yaitu dengan menyandarkan segala sesuatu yang terjadi sebagai akibat pergerakan bintang, dan hal tersebut dilakukan hanya jika sesuatu tersebut telah terjadi. Maka perbuatan semacam ini tergolong syirik ashghar.[12]

Semoga Allah memberi taufik.

Penulis: Yhouga Ariesta

Artikel http://www.muslim.or.id

[1] HR. Muslim [2230] tanpa lafadz “..kemudian ia membenarkan perkataannya..” Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullahu ta’ala menjelaskan makna “tidak diterima shalatnya” dengan “tidak diberi pahala shalatnya”. Sehingga shalat tetap wajib bagi orang tersebut. Wallahu a’lam. (lihat Al Mulakhash fi Syarh Kitab At Tauhid hal. 213 cet. Darul Ashimah)
[2] HR. Al Hakam [I/8] dishahihkan dan disepakati oleh Adz Dzahabi dan Al Albani dalam Al Irwa’ [2006]

[3] Nama seorang dukun dari Iran

[4] Al Qoulul Mufid fi Adillati At Tauhid hal. 142, cet. Dar Ibn Hazm

[5] Zodiac, Google Dictionary, http://google.com/dictionary

[6] Ibnu Shayyad, namanya Shaafi, sebagian pendapat mengatakan namanya Abdullah bin Shayyad, atau Shaa’id. Ia adalah seorang Yahudi penduduk Madinah, sebagian pendapat mengatakan ia bahkan seorang Anshar. Ia masih kecil saat kedatangan Nabi shallallaahu alaihi wa sallam ke Madinah, sebagian pendapat mengatakan ia kemudian masuk Islam. Dikatakan bahwa Ibnu Shayyad ialah Dajjal, ia terkadang mampu meramal, sebagian orang kemudian membenarkannya dan sebagian yang lain mendustakannya. Maka beritanya segera tersebar, dan orang-orang menyangka ia adalah Dajjal. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam kemudian menemui Ibnu Shayyad untuk mengklarifikasi kebenaran hal tersebut (lihat HR. Bukhari 1355) Ibnu Shayyad tetap hidup setelah Nabi shallallaahu alaihi wa sallam wafat, namun keberadaannya tidak diketahui setelah itu. Para ulama, semisal Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/328, menjalaskan bahwa Ibnu Shayyad ialah salah satu diantara Dajjal, akan tetapi bukanlah Dajjal akbar. Wallahu a’lam. (Man Huwa Ibnu Shayyad?, Syaikh Muhammad Shalih Munajjid, http://www.islam-qa.com)

[7] HR. Bukhari [1355] dan Muslim [2931]

[8] Al Qoulul Mufid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, I/332, cet. Darul Aqidah

[9] At Tamhid fi Syarh Kitab At Tauhid hal. 318-319. Syaikh Shalih bin Abdul ‘Azis Alu Syaikh, cet. Darut Tauhid

[10] Majmu’ Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al Harroni, 16/110

[11] Al Qoulus Sadiid fi Maqashid At Tauhid hal. 80, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy, cet. Darul Aqidah

[12] Al Qoulul Mufid, II/3

Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr menjawab : Barangsiapa yang mengaku mengetahui hal yang ghaib, maka dia kafir.

3. Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr menjawab : Menyempurnakan empat rakaat.

*#PikiranMJ*

_(Ini pikiran saya, saya berpikir maka saya ada, jadi ini saya dalam tulisan kecil berikut. Silakan dibaca)_

*INDONESIA ADA di PAPUA.*
Jangan ajarkan Nasionalisme untuk orang Papua, Orang Papua sangat nasionalis, semua suku bangsa hidup di atas tanah Papua, setiap suku dengan paguyubannya hidup bebas di Papua. _Bahkan kalau ada politisi asli Papua mau jadi pejabat publik harus pergi sungkem ke pegayuban-paguyuban, di situ saya merasa bingung, sebenarnya siapa tuan tanahnya?_ _*Orang Papua terlalu Nasionalis sampai hampir diinjak-injak, semoga tidak benar dan tidak terjadi. Semoga mereka yang lain sadar diri, siapa sebenarnya pemilik tanah Papua.*_ *Dan semua orang Papua pun harus sadar diri untuk mengembangkan kualitas diri, agar tidak menjadi tuan yang meminta-minta tetapi benar-benar menjadi tuan di atas tanahnya sendiri.* Ini tidak berarti saya hanya ingin orang Papua harus hidup sendiri. Sekali-kali tidak. _Belajar dari Amerika yang maju karena membuka diri untuk setiap orang kreatif dari suku bangsa mana pun untuk tinggal dan hidup serta membantu mewujudkan “american dream.”_ _*Tetapi tentunya orang Papua tidak ingin mengulang sejarah tuan tanah benua Amerika. Saat orang indian suku asli benua Amerika yang saling membunuh dengan pendatang hingga terbentuknya USA saat ini (dengan sangat sedikit orang Indian di dalamnya).*_ *Orang Papua di zaman modern ini ingin membuka diri pada siapapun masuk dan bertumbuh bersama orang Papua, bukan bagi mereka memikirkan diri sendiri bahkan menjarah dengan rakus semua yang ada di Papua dan mengesampingkan hak-hak orang Papua.* *Orang Papua ingin orang yang datang ke Papua adalah manusia-manusia yang tahu diri dan tahu siapa orang Papua dan mau sama-sama membangun Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera di atas tanah orang Papua.*
_*Indonesia yang sebenarnya ada di Papua. Indonesia ada di Papua dan untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera, hanya bisa dari dan di tanah Papua. Saya Michael Jhon Yarisetouw anak asli Papua bangga dan siap menjadi tuan rumah untuk mewujudkan cita-cita luhur Indonesia.*_ (MJ_Yarisetouw).

” Punya Suami Itu Kayak Pelihara Motor, Makin Lama Makin Rewel, Boros Dan Makin Sulit Dihidupkan,😛😜🤣

*Kata Ibu²*

Ha,,,Ha,,,Ha,,,Ha Ha ..!!!
*HARI INI HARI SUAMI
*SE DUNIA LHO*

*LAKI-LAKI Adalah Ciptaan TUHAN Yang Paling TEGAR*

Dia Bina *MASA DEPAN* Mereka Sekeluarga Dengan *Hutang* Dan Membayar Cicilan,

Dia Telah Bersusah Payah,
Tapi Masih Selalu
* Dimarahi*

Bayangin Semasa Kecil, Di Marahi Orang Tuanya,

Sekolah Di *Marahi GURU,*

Kerja Di *Marahi BOSS*,

Sudah Nikah Di *Marahi ISTERi,*

Sudah Tua Di *Marahi ANAK CUCU*,

Matipun Masih Di *Marahi MALAIKAT*

Kehidupan Dia Berakhir Hanya Untuk *MENGALAH Demi KEBAHAGIAAN Orang Lain*

Kalau Dia Keluar Rumah, Kata Org Dia NGELAYAP,

Kalau Dia Di Rumah Terus,
Kata Orang Dia MALAS,

Kalau Dia Marahi Anak², Kata Orang Dia *GALAK*

Kalau Dia Tidak Marah, Kata Orang Dia Laki-Laki *TIDAK TEGAS*

Kalau Dia Bolehkan Isterinya Bekerja,
Kata Orang Dia *MAKAN GAJI ISTERI*

Kalau Dia Dengar Apa Kata Ibunya,
Kata Orang Dia *ANAK MAMA*

Kalau Dia Dengar Kata Isterinya,
Kata Orang Dia *DKI*
(Di Bawah Ketiak Istri)

Kalau Dia Banyak *MENOLONG* Wanita Yang Membutuhkan, Dibilang *HIDUNG BELANG*

Kalau *GAK MAU TOLONG* Wanita Lain, Katanya *KEJAM*

*Tapi Di Tengah Terpaan Segala Macam Tuduhan, Dia Tetap TEGAR*

Kirimkan Kesemua,
*LAKI-LAKI,
Supaya Mereka *TERSENYUM*
Dan Semua Wanita/Istri, Supaya Mereka *SADAR,*

Bahwa *LAKI-LAKI*
Itu Amat *BERHARGA.*

***HIDUP LAKI²***
😬😁😄😛😜🤣👍👍

Untuk Saudaraku Yang Sedang Tertimpa Musibah

Banyak orang yang menghadapi musibah dengan cara-cara yang justru menimbulkan musibah baru! Sebagian lagi ada yang stress berat, sehingga bermata gelap! Alih-alih menyelesaikan masalah, kenyataannya malah justru menambah masalah, dengan melakukan berbagai kemungkaran dan kezaliman, karena menuruti kemarahannya. Misalnya, ia melampiaskan kesedihannya dengan membunuh, mencuri dan merusak barang orang lain tanpa alasan yang hak! Padahal itu bukan jalan keluar, camkanlah!

Sebagian lagi ada yang putus asa, memilih bunuh diri sebagai ‘jalan keluarnya’, padahal sesampai di alam kubur, bukan malah selesai masalahnya. Justru dia terancam mendapatkan musibah yang lebih besar, yaitu siksa!

Ada pula yang memprovokasi manusia untuk melakukan makar dan pengrusakan. Yang lainnya, terus menggerutu dan berkeluh kesah, semua ditumpahkan di berbagai media sosial, apakah itu solusi?? Tentu tidak! Malah memperluas masalah, orang yang gak tahu jadi tahu aib orang lain, akhirnya ghibah rame-rame!

“Daripada sibuk menggerutu karena lampu mati, ambillah kursi, lalu gantilah lampu tersebut! Toh dengan menggerutu lampu tetap padam!”

Namun, masih ada orang yang dengan taufik Allah, tegar di tengah-tengah gelombang musibah yang silih berganti,sembari mengatakan :

إِنِّي لَأُصَابُ بِالْمُصِيبَةِ فَأَحْمَدُ اللهَ عَلَيْهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ

Sesungguhnya saya memuji Allah atas musibah yang menimpaku dengan empat pujian,

أَحْمَدُهُ إِذْ لَمْ تَكُنْ أَعْظَمَ مِمَّا هِيَ

(Pertama) saya memuji-Nya, karena musibah yang menimpaku tidak lebih besar dari kenyataannya sekarang yang sedang saya rasakan,

وَأَحْمَدُهُ إِذْ رَزَقَنِيَ الصَّبْرَ عَلَيْهَا

(Kedua) dan sayapun memuji-Nya, karena Dia telah menganugerahkan kesabaran kepadaku dalam menghadapinya,

وَأَحْمَدُهُ إِذْ وَفَّقَنِي لِلِاسْتِرْجَاعِ لِمَا أَرْجُو فِيهِ مِنَ الثَّوَابِ

(Ketiga) demikian pula saya memuji-Nya, karena Dia telah menganugerahkan kepadaku taufik untuk bisa mengatakan : ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’, dengan maksud mengharap pahala

وَأَحْمَدُهُ إِذْ لَمْ يَجْعَلْهَا فِي دِينِي

(Keempat) dan saya memuji-Nya, karena tidak menjadikan musibah itu mengenai agamaku!

(Ucapan Syuraih Al-Qodhi dalam Syu’abul Iman lil Baihaqi 9507).

Itulah sikap baik seorang Mukmin ketika tertimpa musibah!

Barangsiapa yang mendapatkan taufik Allah saat mendapatkan musibah,dengan cara merealisasikan empat pedoman hidup di atas ,sembari memuji Allah, maka musibah yang menimpanya menjadi kebaikan dan keberkahan baginya, dan sesungguhnya dalam kamus hidup seorang Mukmin, semua urusannya adalah kebaikan baginya.

Bagi seorang Mukmin, tertimpa musibah dan mendapatkan kesenangan adalah sama-sama baik akibatnya, karena keduanya merupakan ujian. Sebagaimana suatu musibah, jika dihadapi dengan sabar, itu adalah kebaikan dan sebab pahala. Maka demikian pula kesenangan, jika dihadapi dengan syukur, itu juga kebaikan yang diiringi pahala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim, shahih).

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah
artikel : muslim.or.id

Bencana Palu dlm pandangan sy bukan hanya Bencana Luarbiasa, tapi *Sungguh Sangat Luabiasa.*

Kisah Dr Eka Erwansyah, dosen kedokteran Unhas anggota tim relawan Unhas :

Biasa dlm suatu bencana hanya ada 1 atau 2 “pembunuh”. Biasanya gempa saja, atau Gempa plus tsunami.

Bencana Aceh didahului gempa tapi “sang pembunuh” sebenarnya adalah hanya 1 yaitu tsunami.

Nah di Palu ada TIGA “Sang Pembunuh”:
*1. gempa* (banyak korban tertimbun reruntuhan bangunan)
*2. Tsunami* (sekitar 1000 org disekitar pantai sedang persiapan Festival Nomini) tersapu oleh tsunami.
*3. Lumpur.* (Ada perkampungan yg hilang akibat lumpur yg menyembur dari dlm bumi dan dalam sekejap menenggelamkan 1 perkampungan. Diperkirakan sekitar 700 orang terkubur hidup2.. ada juga sekitar 200 orang siswa SMA sedang kemah juga terkubur dlm lumpur yg tiba2 menyembur dan menimbun mereka).

Kebetulan Sy dan Teman2 yg tergabung dlm Tim DVI Unhas sudah berada di lokasi sejak kemaren pagi. Kampung yg hilang itu Kampung Petobo, daerah Sigi.

Kemaren saat yg menghimpun data ante mortem korban, sy tdk kuasa tahan tangis.

Seorang Bapak yg melaporkan anaknya yg hilang. Dia curhat. Ketika itu antarkan anaknya mengaji.. rumahnya dan rumah tempat mengaji hanya dipisahkan oleh jembatan..
Begitu anaknya didrop, dia balik ke rumahnya.. baru mau masuk ke rumah tiba mendengar bunyi bbluuumm.. dia balik badan dan hanya melihat hamparan tanah kosong berlumpur.. kemana perginya rumah2 satu perkampungan??? Hanya dlm hitungan detik..😭😭😭😭😭